Riani menatap dalam wajahnya di cermin..wajah ayu wanita Indonesia dengan keanggunan yang tersembunyi di balik make up minimalis. Tubuh rampingnya terbalut kebaya white gold dengan desain modern, dipadu jilbab bertabur mute dengan warna yang senada, tampilan sempurna untuk hari ini.
Degup jantungnya berpacu semakin cepat, seiring cepatnya lamunan yang membawa Riani kemasa lalu. Masa yang akhirnya membuat ia mengambil keputusan ini.
………….
"Romi", pria itu menjabat tangannya, "Tadi ga ikut pengarahan ya?", lanjut Romi.
"Oh iya, tadi aku ada perlu ke fakultas, hmmh..gabung nih, masih banyak tugasnya", sahut Riani yang sejak dari tadi mengerjakan tugas ospek bersama teman sekelompoknya.
Perkenalan berlanjut dengan obrolan-obrolan ringan yang menghibur. "Asik juga ni orang, yah meskipun agak garing", pikir Riani. Yah, Riani memang senang berteman, sangat welcome terhadap teman baru.
Pertemanan ini semakin akrab dan semuanya terasa menyenangkan. Entah sejak kapan Riani percaya pada Romi lebih dari sekedar teman biasa.
Suatu ketika Riani mendapat kabar bahwa ayah yang dicarinya selama 4 tahun ini, sudah tiada. Dunia ini terasa sesak baginya, tak ada yang bisa menahan tangisnya, ia merasa tersakiti, dan itu adalah kejahatan terbesar baginya. Semenjak itu, Riani menjadi sangat sensitif, tak bisa lagi ia memusatkan konsentrasinya dengan baik. Tak ada sahabatnya atau keluarganya yang tahu, tentang kegalauannya itu.
"Ada apa Ri? udah baikan belum?jangan mikir apa-apa dulu ya, sekarangkan mau ujian, konsentrasi belajar aja"...deretan huruf dalam sms, membangunkan Riani keesokan paginya.
Riani tersenyum, sedikit terobati, seakan Romi tau apa yang ia rasakan saat itu.
Kegiatan ber-sms ria berlanjut, Romi selalu membuat Riani merasa ditemani saat ia merasa sepi, "orang ini ada-ada aja deh", gumam Riani setiap kali sms Romi meluncur ke ponselnya, sambil tersipu dan menyungging senyum seperlunya.
Kedekatan mereka dianggap berbeda oleh teman-teman lainnya, isu tak mengenakkan membuat hubungan Riani dan Romi menjadi berjarak. Tak ada lagi kata-kata semangat dan humor-humor garing diantara keduanya. Dingin.........
Bertahun-tahun seperti itu, semakin jauh jarak mereka, semakin mereka menyadari ada sesuatu yang lain dari sekedar rasa kehilangan satu sama lain. Riani, bukanlah gadis yang bisa dengan mudah mengutarakan isi hatinya. Begitu juga Romi, sangat tertutup jika menyinggung masalah perasaan. Meskipun tahun-tahun belakangan ini hubungan mereka mulai membaik lagi, tapi seperti ada gunung es diantara mereka berdua.
Pernah Romi berkata pada sahabat dekat Riani,
"Riani pantas koq mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku".....
Dan perkataan itu disesali Riani. Pernah juga Romi berkata didepannya,
"Lagi deket sama cewe nih", atau "Belum ada yang mau nerima aku apa adanya sih"........
Tapi mata Romi tak pernah sejalan dengan ucapannya, Riani tahu sekeras apapun pria itu menutupinya.
"Kalau saja dia mau sedikit jujur, atau setidaknya tidak mengucapkan kata-kata yang menjauhkan ku darinya, aku ingin menunggu", Riani bergumam,
"Ah, seandainya dulu aku tak mencoba membuka hati untuknya, aku takkan pernah menyesal seperti ini", lanjutnya.
........................
"Neng, sudah siap? ini tamu-tamu sudah datang..", Bi Inah berseru dari luar kamar, membuyarkan lamunan Riani. Segera ia seka air mata yang tak terasa mengalir di pipinya, memoles kembali wajahnya dengan bedak yang barusan hilang terkena air matanya.
"Kamu ga pernah memberi kesempatanku berbicara pada orang tuaku kalau aku harus menunggumu", rintih Riani dalam hati, "Kalau saja kamu menyadari, waktu bukan hanya milik kita tapi milik orang disekitarku yang butuh kepastian untuk kehidupan anaknya"...........
"Ya Biiii...sebentar lagi aku keluar", jawab Riani, bergegas ia membereskan pakaiannya sekali lagi dan keluar kamar
"Bismillahirrahmanirrahiim..semoga Allah selalu menggenggam tanganku", Riani memejamkan mata sejenak dan mencoba memantapkan langkahnya.
Ruang tengah rumahnya sudah rapi dipenuhi banyak orang, keluarga besarku dan tentu keluarganya. Acara berlangsung dengan cukup khidmat, semua mata tertuju padaku..
"Neng Riani, siap menerima nak Riky sebagai calon suami neng?"........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar